MAKALAH PARADIGMA ILMU PENDIDIKAN

 

Paradigma Ilmu Pendidikan

 

Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Islam dan Ilmu Pendidikan

 

 

 


 

 

Dosen Pengampu

Dr. Syarifan Nurjan, M.A.

 

Disusun Oleh :

1. Fajar Nur Islami – 20332038

2. Jeni Rahayu - 20332040

3. Khairunnisa Dwi Yanti - 20332028

4. Zannu Revie - 20332016

 

Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Juni 202


 

A.    PENDAHULUAN

I.                   Rumusan Masalah

a.      Bagaimana penjelasan tentang paradigm struktur pendidikan?

b.      Bagaimana unsur unsur yang menjadi objek telaah ilmu pendidikan?

c.       Bagaimana aspek subtansial iilmu pendidikan?

d.      Bagaimana dasar dasar konseptualisasi ilmu pendidikan?

e.       Bagaimana penjelasan unsur unsur subtansial ilmu pendidikan?

B.     PEMBAHASAN

I.       Paradigma Struktur Ilmu Pendidikan :

Aspek struktur ilmu pendidikan memberikan kerangka dasar pemikiran keilmuan pendidikan, sedangkan aspek substansi memberikan penjelasan tentang isi dari mekanisme ilmu pendidikan itu sendiri. Substansi pendidikan secara umum membahas dua topik utama, yaitu: pertama, tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan tujuan akhir dalam  pendidikan yang ingin dicapai, dan kedua, tentang segala sesuatu yang  berhubungan dengan metodologi pendidikan. Pada sisi lain, topik struktur ilmu pendidikan berhubungan bipolaritas dua kutub semesta  konsep, atau mungkin sedikit lebih bisa dipahami sebagai struktur ilmu  yang dikenal dengan teori dan praktik. Ilmu pendidikan atau pedagogik adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak.  Pedagogik, selain bercorak teoretis, juga bersifat praktis.

II.                Unsur Unsur yang Menjadi Objek Telaah Ilmu Pendidikan

Tiga aliran utama pemikiran pendidikan ini dipandang  mewakili seluruh aliran pemikiran lainnya, meskipun penjelasan tersebut  akan melebar jauh bila dideskripsikan secara detail. Tiga macam aliran pendidikan utama yang sedikit dijelaskan dalam  penjelasan di atas secara umum merupakan gambaran umum pemetaan  pemikiran keilmuan pendidikan.

Perbedaan yang signifikan hanya terletak pada objek konkretnya. Menurut Noeng Muhadjir, suatu ilmu pasti memiliki empat kelompok objek telaah. Dua objek menelaah substansinya, dan dua menelaah instrumentasinya. Berturut-turut fakta atau kenyataan, kebenaran, uji konfirmasi, dan logika inferensi demikian pula dengan pendidikan. Pendidikan sebagai satu disiplin ilmu juga memiliki empat kelompok telaah tersebut.

Pendidikan sebagai satu disiplin ilmu juga memiliki empat kelompok telaah:

1.      Fakta atau kenyataan

Fakta atau kenyataan adalah empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Objek telaah kenyataan dibagi dalam objek telaah kenyataan alam, manusia, atau Tuhan. Kenyataan fisik (meta-science) secara ontologi melahirkan cabang ilmu sains dan teknologi, kenyataan manusia melahirkan cabang ilmu antropologi dan kenyataan alam semesta melahirkan cabang ilmu filsafat.

2.      Kebenaran

Suatu pernyataan dikatakan be-nar jika secara sintaksis (tata bahasa) benar,  artinya tidak peduli yang dimaksud pernyataan tersebut benar atau salah, selama suatu pernyataan secara sintaksis benar, maka pernyataan tersebut dikatakan benar. Kebenarannya bersifat pasti. Berbeda dengan benar menurut maksud dari suatu pernyataan. Kebenaran sintaksis hanya sebagai tanda atau simbol kebenaran maksud. Kebenaran yang dimaksudkan pernyataan memerlukan ukuran dan verifikasi. Tanpa ada ukuran dan verifikasi, kebenaran tunggal dan menyeluruh tidak mungkin tercapai. artinya sesuatu dikatakan benar dalam ukuran dan verifikasi tertentu. Dalam sistem ilmu tidak ada kebenaran tunggal dan menyeluruh.

3.      Konfirmasi

Pengertian konfirmasi secara sederhana adalah pem-berian kepastian tentang sesuatu yang benar. Kattsoff menggunakan istilah verifikasi untuk konfirmasi, yaitu kebenaran sebagai pembenaran meskipun tidak secara tepat semakna. Suatu hipotesis dikatakan benar atau salah bila telah terbukti keberadaan hubungan antara subjek dengan objek secara empiris atau logis. Teori konfirmasi atau confirmation theory berupaya mencari deskripsi hubungan normatif antara hipotesis dengan evidensi; hubungan tersebut berupaya mengukur atau mengindikasikan apakah dan bagaimana suatu evidensi menjamin percaya kita pada hipotesis. Contoh dalam studi ilmu matematika. Soal: 1 + 1. Hipotesis umum menyatakan hasilnya adalah 2.

4.      Logika Inferensi (Logika Kesimpulan)

Berbicara logika seperti membicarakan pikir. Pikir adalah sesuatu yang abstrak yang mampu melahirkan bentuk-bentuk realitas kenyataan. Karena sifatnya yang kompleks untuk dijelaskan, orang sering kali memahami logika dengan pemahaman cara berpikir yang melahirkan suatu kesimpulan. Sedangkan istilah logika inferensi ini digunakan Noeng Muhadjir untuk menyatakan suatu studi tentang tipe-tipe tata pikir dalam mengambil kesimpulan. Logika inferensi merupakan bentuk tata cara berpikir dalam usaha men-capai kesimpulan akhir yang menyeluruh. Umumnya logika kesimpulan yang digunakan dalam kajian-kajian ilmiah adalah silogisme kategorik dari Aristoteles.

 

III.             ASPEK SUBTANSIAL ILMU PENDIDIKAN ISLAM

a.       Pendidikan (Tarbiyah ) atau Pendidikan Islam?

Seperti pada umumnya kajian-kajian ilmiah, untuk menjelaskan suatu maksud dan kebenaran dari suatu per-nyataan, perlu adanya penjelasan makna menyeluruh dan verifikasi. Struktur ilmu, konsep pendidikan Islam berada di dalam kawasan konsep pendidikan, dengan kata lain, tingkat keilmuan pendidikan Islam lebih rendah dari tingkat keilmuan pendidikan.

Beberapa aspek substansial Ilmu pendidikan Islam yaitu :

1.      Aspek Aqidah

Dalam dunia pendidikan aspek aqidah sering disebut dengan aspek kognitif. Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti berarti mengetahui. Kata “aqidah” berasal dari bahasa Arab, yang berarti: “ma ‘uqida ‘alaihi wa al-dlamir”, yakni sesuatu yang ditetapkan atau yang diyakini oleh hati dan perasaan (hati nurani); dan berarti “ma tadayyana bihi al-insan wa i’taqadahu”, yakni sesuatu yang dipegangi dan diyakini (kebenarannya) oleh manusia. Dengan demikian secara etimologis, aqidah berarti kepercayaan atau keyakinan yang benar-benar menetap dan melekat di hati manusia.

2.      Aspek Akhlak

Dalam dunia pendidikan aspek akhlak sering disebut aspek afektif. Kata “akhlak” (bahasa arab) merupakan bentuk jamak dari kata “khuluq”, yang brarti tabiat, budi pekerti,kebiasaan.

3.      Aspek Ibadah

Dalam dunia pendidikan aspek ibadah sering disebut dengan aspek psikomotorik. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka.

 

IV.             DASAR KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN

Menurut Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf Tilaar, M.Sc.Ed. Pendidikan itu dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu pendidikan sebagai "benda", dan pendidikan sebagai "proses". Sementara, pengertian pendidikan sebagai "benda" itu sendiri dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu benda dalam arti "lembaga  pendidikan" dan benda dalam arti "ilmu" atau lebih tepatnya ilmu pendidikan. Hubungan antara pengertian tersebut dengan pengertian "pendidikan Islam".

Penambahan istilah "Islam" pada kata pendidikan memberikan pengaruh perubahan makna/rasa bahasa yang muncul.

Sedangkan telaah pendidikan sebagai suatu "proses" yang secara khusus menjangkau objek pendidikan, dan pendidikan Islam, diletakkan di tengah-tengah.

 

V.                UNSUR-UNSUR SUBTANSIAL PENDIDIKAN

1.       Pengertian Pendidikan

Pendidikan atau dalam bahasa Arab biasa dikenal dengan tarbiyah berasal dari 3 kata yaitu:

a. Raba yarbu artinya bertambah, tumbuh

b. Rabiya, yarba artinya menjadi besar

c. Rabba yarubbu artinya menguasai suatu hal, menuntut, memperbaiki, menjaga dan memelihara.

 

2.      Hirarki konsep dalam rumusan tujuan pendidikan.

Setiap Pendidikan yang kita tempuh atau dimana kkita sebagai manusia mempunyai keinginan untuk merubah diri menuju ke yang lebih baik. Maka manusia pasti memiliki tujuan dari proses yang ia lewati tersebut.  Dalam subbab ini kita akan membahas tujuan dari Pendidikan itu sendiri. Ada 3 tujuan pendidikan:

a.        Tujuan filosofis

        Sebagai manusia yang mana telah di firmankan dalam Al-Qur'an, bahwa manusia di turunkan di bumi sebagai khalifah. Maka dengan tugas tersebut manusia harus menuntut pendidikan agar dapat menjaga dan merawat bumi sebagai bentuk melaksanakan amanah sebagai khalifah di bumi.

b.       Tujuan Fungsional

Pengetahuan perbedaan perbedaan tradisi, ringkah laku, adat istiadat, budaya, sistem pemikiran, kesukuan, kemasyarakatan dan seterusnya menjadi pedoman pengenalan dan pemahan satu sama lain. Suatu tuntutan pengetahuan sunatullah alam semesta. Dalam bermasyarakat, sistem pendidikan memiliki fungsi dan peran yang sangat besar. Sistem pendidikan pasti akan mengalami pro kontra didalam tatanan masyarakat. Tujuan Fungsional ini lebih mengarah ke pemenuhan tuntunan sosiologis, ilmiah, dan teknologis umat islam.

 

c.        Tujuan Insidental

Tujuan insidental bersifat moment atau menyesuaikan kondisi yang mana bukan berarti tujuan pendidikan ini disusun secara acak tanoa adanya perencanaan.  Namun tujuan pendidikan ini lebih memiliki rentan waktu atau jangka waktu yang lebih pendek dari tujuan tujuan di atas. Tujuan utama dalam tujuan Insidental ini merupakan untuk meningkatkan kecerdasan motorik, emosional, kognitif, dan spiritual.

 

3.       Wilayah Metodologi Ilmu Pendidikan

Metode artinya suatu jalan yang dialui untuk mencapai tujuan. Metode berasal dari dua kata yaitu Meta artinya "melalui" dan "hodos" berarti "jalan atau cara".

Metode berkaitan dengan cara manusia berbuat, dalam sistem Ilmu Pendidikan,  penyusunan Metodologi yang di kembalikan pada struktur akar belajar yaitu subjek belajar.

A.     Motorik (psikomotor)

Motorik lebih menekankan pada kemampuan keterampilan fisik. Gerakan Gerakan yang sudah menjadi kebiasan akan memperngaruhi kinerja dan keterampilan manusia itu sendiri.

B.      Emosional

Emosional ini sifatnya menunjukkan reaksi reaksi terhadap lingkungan sekitar yang terjadi. Dalam dunia pendidikan Emosional disini erat kaitannya dengan bakat minat, sikap dan penghargaan.

C.     Kognitif

Merupakan suatu proses mengetahui pengetahuan itu sendiri. Dimana kemampuan manusia dalam menyimpan, mengolah dan memfilter informasi. Kognitif disini di tekankan pada kemampuan ber intelektual,  berfikir dan pengetahuan.

D. Spiritual

Merujuk pada ke religius an manusia terhadap tuhannya. Menjaga nilai nilai dalam keyakinannya. Kebaikan, kasih sayang, kejujuran dan unsur unsur yang terkandung di dalamnya. Dengan kemampuan spiritual ini manusia lebih bisa menjadi arif dan bijaksana dalam menghadapi situasi apapun.

 

4.       Sistem evaluasi pendidikan

Evaluasi adalah proses penilaian terhadap pencapaian suatu tujuan. Evaluasi ini merupakan proses penetapan baik dan buruknya suatu hal yang telah di jalani. Dalam pendidikan tentunya memiliki tolak ukur keberhasilan suatu hal, sehingga Evaluasi disini digunakan ajang refleksi diri untuk menunjang semakin sempurna nya tujuan yang akan di capai.

 

VI.             PENUTUP

1.      Kesimpulan

Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wajahnya. Paradigma adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang berbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan. Jadi, alasan dengan menjadikannya islam sebagai paradigma, maka keberadaan ilmu pendidikan dapat menggerakkan kehidupan spritual dan kehidupan yang hakiki. Segala aspek kehidupan manusia di atur di dalamnya. Tak terkecuali masalah pendidikan.

Pendidkan merupakan proses perbaikan. Suatu proses yang mana tujuannya untuk berubah kearah yang lebih baik atau dengan bahasa lainnya untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Pendidikan sendiri dapat terjadi secara alamiah dalam diri manusia. Sehingga manusia dianjurkan dalam islam untuk memaksimalkan kemampuannya.  


DAFTAR PUSAKA

‘Pengertian-Objek-Aspek-Substansial-Ilmu-Pendidikan-Islamdocx_convert_compress (1).Pdf’.

Syarifan Nurjan and Benny Mafrudi, Epistemologi Sains Islam, 2020.

Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Soejono Soemargono (terj.) (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 1992), hlm. 173-189 

Abdul Munir Mulkhan, “Humanisasi Pendidikan Islam”, dalam Jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan, Tashwirul Afkar, Edisi No. 11 (Jakarta : LAKPESDAM dan TAF, 2001), hlm. 19 

Komentar